Kamis, 19 November 2009

Gempa Sumatera Barat Dikenang di Inggris

Rabu, 18 November 2009 | 17:33 WIB
LONDON, KOMPAS.com — Gempa 30 September yang menghancurkan Sumatera Barat tidak begitu saja dilupakan masyarakat Indonesia yang berada di Kerajaan Inggris dan Irlandia.

Berbagai cara dilakukan masyarakat Indonesia di sana yang tergabung dalam Indo-Irish untuk mengumpulkan dana bagi korban gempa di Sumatera Barat.

Anggota Indo Irish yang ada di Dublin dengan mengenakan busana tari warna kuning, "ngamen" di pusat pertokoan di tengah Kota Dublin dengan mempertunjukkan tari saman.

"Alhamdullilah kami berhasil mengumpulkan dana sebesar 250 euro," ujar Faisal Yusuf Surati di Dublin, akhir pekan silam.

Pementasan tari saman di Grafton Street, Dublin 2, itu menarik pengunjung daerah pertokoan di kota Dublin.

Menurut Faisal, Indo-Irish juga menggelar acara penggalangan dana yang dibalut dalam acara Malam Budaya Indonesia yang diadakan di restoran Break for the Border, Dublin, Irlandia.

Didukung KBRI London dan Konsul Kehormatan Indonesia di Dublin, kelompok masyarakat Indonesia di Irlandia ini berhasil menghimpun dana sebesar 1.000 euro.

Duta Besar RI untuk Inggris Raya dan Irlandia Yuri Octavian Thamrin menyampaikan penghargaan dan terima kasih kepada seluruh masyarakat Irlandia terhadap kepedulian mereka pada para korban gempa bumi di Sumatera.

Sementara itu, masyarakat Indonesia di Birmingham yang dikomandoi saudagar Minang, Aak Firdaus, bersama sang istri perawat di rumah sakit Birmingham, Sri Dewi, juga menggelar acara pengumpulan dana untuk korban gempa di Sumatera Barat.

Dalam acara charity lunch yang diadakan Oktober lalu di kediamannya di Bournbrook road, Selly Park, Birmingham itu, mereka berhasil mengumpulkan dana 600 poundsterling. Bulan November, Sri Dewi kembali menggelar acara charity dinner.

Bersama masyarakat Indonesia di Birmingham, Sri Dewi kembali menggelar acara charity dinner dengan makanan khusus asal Sumatera Barat.

Pada acara itu, sebanyak 120 bangku dipersiapkan. Adapun harga tiket 10 poundsterling per orang dan 7,50 poundsterling untuk pelajar.

http://oase.kompas.com/read/xml/2009/11/18/17334410/gempa.sumatera.barat.dikenang.di.inggris

Kamis, 12 November 2009

Al-Azhar Bangun 1.000 Rumah "Bangkit Bersama"

PARIAMAN--Lembaga Amil Zakat "Al-Azhar" membangun 1.000 unit rumah "bangkik basamo" (bangkit bersama, red) bagi korban gempa 7,9 skala Richter di Kabupaten Padang Pariaman, Sumatra Barat yang rumahnya rusak berat akibat bencana tersebut.

Dari 1.000 unit yang ditargetkan itu, 60 unit sudah selesai dibangun, 650 unit tengah dalam pembangunan dan sisanya masih menunggu lokasi penerima bantuan ini, kata Arief Rahman Oktavia, Koordinator Masyarakat Muslim Bayumas, di Pariaman, Kamis.

Ia menambahkan, korban penerima bantuan adalah yang memenuhi syarat yakni masih memiliki bahan bangunan berupa kayu dan seng dari puing-puing rumah mereka, punya lahan untuk pembangunan rumah dan mau bekerja sama membangun rumah bangkik basamo tersebut.

Koordinator Masyarakat Muslim Bayumas, salah satu elemen dari Al-Azhar, lebih lanjut mengatakan, "Jadi Al-Azhar tidak membantu seluruhnya dan melakukan pembangunan, tapi dengan kerja sama dan keterlibatan korban sendiri dalam membangun rumahnya."

Rumah bangkik basamo adalah semi permanen dengan luas 6x5 meter terdiri dari dua kamar tidur (masing-masing 3x3 meter) dan satu ruang tamu menyatu dengan raung keluarga/makan.

Rumah dibangun dengan lantai cor semen, dan dinding setinggi 50 centimeter dari lantai adalah susunan bata direkat semen dan ke atasnya bertiang kayu dan dingin anyaman bambu.

Untuk pembangunannya Al-Azhar memberikan bantuan pasir satu mobil pick-up, tiga zak semen, batu bata secukupnya dan lembaran anyaman bambu sesuai kebutuhan. Sedangkan korban menyediakan kayu yang dibutuhkan dan seng dari puing-puing rumahnya yang roboh.

Pelaksanaan pembangunan juga dilakukan bersama oleh relawan Al-Azhar bersama korban dan keluarganya serta masyarakat di lokasi, tambahnya. Tujuan membangun bersama ini, juga untuk membangkitkan kembali semangat para korban dalam membangun rumah tempat tinggalnya yang jauh lebih layak dibandingkan tinggal dalam tenda-tenda beratap terpal.

Hingga saat ini telah 720 korban yang akan menerima bantuan tersebut, 60 rumah diantaranya selesai dibangun dan telah ditempati serta 650 dalam pengerjaan. Korban yang menerima bantuan adalah korban yang rumahnya roboh atau tidak dapat ditempati lagi di Nagari Ulakan, Toboh dan Lubuk Alung serta nagari lainnya di Kabupaten Padang Pariaman.

Salah seorang korban penerima bantuan rumah "bangkik basamo", Rasyidin (66) di nagari Toboh Gadang, menilai rumah bantuan dengan sistem kerja sama ini jauh lebih baik untuk ditempati dibanding di tenda.

Selain itu, rumah tersebut bisa tahan lama hingga belasan tahun sehingga tidak perlu dibuka kembali jika rumah permanen milik korban selesai dibangun, katanya. Kabupaten Padang Pariaman merupakan daerah paling parah terkena dampa gempa 7,9 SR diikuti tanah longsor yang terjadi 30 September 2009.

Menurut Bupati Padang Pariaman, Muslim Kasim, bencana itu menyebabkan 456 korban meninggal dunia dan 192 orang hilang tertimbun tanah longsor dan tidak ditemukan jasadnya.

Kemudian, 59.693 unit rumah warga rusak berat dan sebagian besar di antaranya roboh rata dengan tanah, rusak sedang 16.525 unit rumah dan rusak ringan 15.148 rumah. ant/pur